BOGOR 03 JUNI
Kata yang selalu aku
ingat..
“Ibu gak peduli kamu
mau jadi orang bandel,,, Tapi jangan jadi orang bodoh..”
Semenjak kecil saya
memiliki jiwa seorang wirausaha yang sangat tinggi, selain saya senang melihat
orang-orang yang berjualan dan mendapat keuntungan dari seorang pembeli saya
juga sangat senang bertanya kenapa? Mengapa? Dan bagaimana seseorang melakukan
hal-hal tersebut, Seseorang itu menjawab” Berjualan itu enak, dapat duwit
banyak dan tidak ada yang mengatur diri kita selain diri kita sendiri, waktu,
dan jadwal yang mengikat kita” Semenjak itu saya selalu meniru apa yang
orang-orang itu lakukan.
Maklum dari kecil saya dilahirkan di kota Bogor, dan
setiap hari saya selalu melihat Ayah saya yang setiap hari membuat bakso untuk
dijual keliling memutari komplek tempat dimana saya tinggal, Semenjak kelas 2
SD saya pindah sekolah ke desa tempat kakek dan nenek saya tinggal hingga lulus
SMA, setelah selesai sekolah sampai SMA saya memutuskan untuk kembali ke kota
Bogor dimana orang tua saya mencari nafkah dengan berjualan bakso tersebut,
Meski orang tua saya selalu bersikeras memaksa saya untuk melanjutkan sekolah
di perguruan tinggi namun saya selalu menolak. Dan saya selalu menjawab” orang
bilang sekolah setinggi apapun itu, susah mencari pekerjaan toh bisa menjadi PNS
namun tidak ada kata kaya menjadi
seorang PNS.
Dari situlah orang tua saya mengerti akan kemauan saya,
saya mulai belajar, belanja bahan-bahan untuk membuat bakso dan cara-cara
membuat dan menjualnya kepada konsumen. Saya mencoba berjualan dengan gerobak
dorong dan juga berkeliling menjajakan bakso tersebut untuk mendapatkan uang,
lama kemudian saya dan ayah mempunyai gagasan untuk tidak lagi berkeliling
menjajakan dagangan saya tersebut namun saya meminjam uang di Bank untuk
menyewa tempat di area komplek tersebut untuk saya jadikan pangkalan bakso.
Orang tua saya setuju dan dengan modal 15 juta saya menyewa pertama 2 tahun 8
juta, dan untuk lain-lain.
Setelah
semua itu saya jalani dengan tekun,giat dan tidak putus asa saya mulai
merasakan hasilnya, uang yang saya dapat lumayan banyak dan untuk mengembangkan
usaha saya tersebut saya dan ayah menyewa 2 tempat lagi dengan harga sewa 5
juta per tahun untuk berjualan bakso lagi. Dan sekarang Alhamdulilah 3 tempat
yang dulu saya dan ayah sewa tersebut kini sudah menjadi milik keluarga kami,
dan juga saya mempunyai 3 pangkalan bakso dan 2 orang karyawan yang membantu
usaha saya. Karena terlalu senangnya saya berjualan saya memutuskan untuk
bersekolah di SBRI (Sekolah bisnis Retail Indonesia) selama 1 tahun saya ikut
dalam pendidikan tersebut dan akhirnya saya bekerja menjadi Kepala Area
coordinator di sebuah perusahaan retail terbesar di Indonesia sebut saja
Alfamart, dan saya mendapat tugas di Brand semarang dan untuk mengepalai 8 toko di area sragen,
tahun 2010 saya memutuskan untuk Resend dari perusahaan karena belum puas rasanya jikalau saya tidak
mengeyam lagi pendidikan yang lebih tinggi agar kelak saya mendapat ilmu, dan
wawasan yang sangat berharga.
Dan kini saya melanjutkan pendidikan lagi di
Universitas sebelas maret mengambil d3 perpustakaan, banyak orang bertanya
mengapa bukan Ekonomi dan sarjana saja?? Saya hanya bisa menjawab perpustakaan
adalah gudang ilmu dan dari situlah saya bisa melihat luasnya dunia dan juga
masa depan dengan lembaran buku. Tak hanya sampai disitu jiwa wirausaha saya
terhenti di kampung kakek nenek saya tinggal saya mencoba lagi mengasah potensi
diri saya dengan beternak sapi, saya hanya bisa menyimpulkan didesa yang sepeti
ini tidak mungkin rasanya jika saya mau memulai usaha retail atau menjual jasa,
jelas tidak mungkin berkembang.
Di
desa yang jauh dari keramaian, desa yang sebagian besar adalah petani Saya membeli 2 ekor sapi dari uang hasil saya
bekerja di perusahaan tempat kerja saya
dulu dengan harga 8juta rupiah dengan harapan selain kuliah juga bekerja
sampingan untuk menghasilkan uang dan
juga tinggal menetap didesa untuk menjaga kakek dan nenek saya, tentang usaha
Bakso yang saya rintis bersama ayah saya kini dikelola oleh ayah dan ibu saya
di Bogor ,Mungkin Nasib berpihak lagi pada saya kini saya memiliki 9 ekor sapi
yang besar dengan nilai nominal 6 juta per ekor. Untuk makanan sapi ditempat
saya tinggal masih banyak sekali rumput dan pohon padi yang sangat banyak,
dengan membeli kepada petani-petani disekitar pada saat musim panen. Untuk
masalah kandang sapi saya membuat kandang dengan bambu, karena di tempat saya
tinggal saya memiliki kebun yang cukup luas dan ditumbuhi pohon-pohon bambu.
Dan memanfaatkan lahan samping rumah untuk lokasi kandang. Untuk mengembangkan usaha saya itu saya
berencana untuk memperluas lagi kandang untuk tempat sapi dan membeli bibit
sapi betina yang masih muda agar mendapat keturunan yang bagus, perkembang
biakan sapi bisa saya lakukan dengan bantuan dokter sapi untuk menyuntikan
sperma di saat masa perkawinan atau sudah siap untuk dikawinkan. Semua
itu masih saya jalani sampai detik ini dengan ketekunan dan kemampuan saya,
saya tak pernah malu tentang apa yang saya lakukan ini, karena saya bertekat pasti
ada jalan jika ada kemauan.
Manusia tidak hidup sendirian
didunia ini,
Tapi dijalan setapaknya masing –
masing.
Tiap manusia berjalan sendirian,
Berjalan,
Berlari,
Dan sesekali berhenti.
Semua jalan setapak itu berbeda
– beda, namun menuju kearah yang sama.
Mencari suatu hal yang
sama,dengan satu tujuan yang sama.
Hingga semakin dekat ketujuan,
Manusia semakin menyadari,
Bahwa di sepanjang jalan setapak
yang telah ia lewati, ia takkan pernah benar – benar sendiri.
Manusia selalau bersama yang ia cari,
Bersama tujuanya
Yaitu
Tuhan.
By
Dody setiawan
D1810022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar