Rabu, 13 Juni 2012



BOGOR 03 JUNI

Kata yang selalu aku ingat..
“Ibu gak peduli kamu mau jadi orang bandel,,, Tapi jangan jadi orang bodoh..”
Semenjak kecil saya memiliki jiwa seorang wirausaha yang sangat tinggi, selain saya senang melihat orang-orang yang berjualan dan mendapat keuntungan dari seorang pembeli saya juga sangat senang bertanya kenapa? Mengapa? Dan bagaimana seseorang melakukan hal-hal tersebut, Seseorang itu menjawab” Berjualan itu enak, dapat duwit banyak dan tidak ada yang mengatur diri kita selain diri kita sendiri, waktu, dan jadwal yang mengikat kita” Semenjak itu saya selalu meniru apa yang orang-orang itu lakukan.
            Maklum dari kecil saya dilahirkan di kota Bogor, dan setiap hari saya selalu melihat Ayah  saya yang setiap hari membuat bakso untuk dijual keliling memutari komplek tempat dimana saya tinggal, Semenjak kelas 2 SD saya pindah sekolah ke desa tempat kakek dan nenek saya tinggal hingga lulus SMA, setelah selesai sekolah sampai SMA saya memutuskan untuk kembali ke kota Bogor dimana orang tua saya mencari nafkah dengan berjualan bakso tersebut, Meski orang tua saya selalu bersikeras memaksa saya untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi namun saya selalu menolak. Dan saya selalu menjawab” orang bilang sekolah setinggi apapun itu, susah mencari pekerjaan toh bisa menjadi PNS namun tidak ada kata  kaya menjadi seorang PNS.
            Dari situlah orang tua saya mengerti akan kemauan saya, saya mulai belajar, belanja bahan-bahan untuk membuat bakso dan cara-cara membuat dan menjualnya kepada konsumen. Saya mencoba berjualan dengan gerobak dorong dan juga berkeliling menjajakan bakso tersebut untuk mendapatkan uang, lama kemudian saya dan ayah mempunyai gagasan untuk tidak lagi berkeliling menjajakan dagangan saya tersebut namun saya meminjam uang di Bank untuk menyewa tempat di area komplek tersebut untuk saya jadikan pangkalan bakso. Orang tua saya setuju dan dengan modal 15 juta saya menyewa pertama 2 tahun 8 juta, dan  untuk lain-lain.
Setelah semua itu saya jalani dengan tekun,giat dan tidak putus asa saya mulai merasakan hasilnya, uang yang saya dapat lumayan banyak dan untuk mengembangkan usaha saya tersebut saya dan ayah menyewa 2 tempat lagi dengan harga sewa 5 juta per tahun untuk berjualan bakso lagi. Dan sekarang Alhamdulilah 3 tempat yang dulu saya dan ayah sewa tersebut kini sudah menjadi milik keluarga kami, dan juga saya mempunyai 3 pangkalan bakso dan 2 orang karyawan yang membantu usaha saya. Karena terlalu senangnya saya berjualan saya memutuskan untuk bersekolah di SBRI (Sekolah bisnis Retail Indonesia) selama 1 tahun saya ikut dalam pendidikan tersebut dan akhirnya saya bekerja menjadi Kepala Area coordinator di sebuah perusahaan retail terbesar di Indonesia sebut saja Alfamart, dan saya mendapat tugas di Brand semarang  dan untuk mengepalai 8 toko di area sragen, tahun 2010 saya memutuskan untuk Resend dari perusahaan  karena belum puas rasanya jikalau saya tidak mengeyam lagi pendidikan yang lebih tinggi agar kelak saya mendapat ilmu, dan wawasan yang sangat berharga.
 Dan kini saya melanjutkan pendidikan lagi di Universitas sebelas maret mengambil d3 perpustakaan, banyak orang bertanya mengapa bukan Ekonomi dan sarjana saja?? Saya hanya bisa menjawab perpustakaan adalah gudang ilmu dan dari situlah saya bisa melihat luasnya dunia dan juga masa depan dengan lembaran buku. Tak hanya sampai disitu jiwa wirausaha saya terhenti di kampung kakek nenek saya tinggal saya mencoba lagi mengasah potensi diri saya dengan beternak sapi, saya hanya bisa menyimpulkan didesa yang sepeti ini tidak mungkin rasanya jika saya mau memulai usaha retail atau menjual jasa, jelas tidak mungkin berkembang.
Di desa yang jauh dari keramaian, desa yang sebagian besar adalah petani  Saya membeli 2 ekor sapi dari uang hasil saya bekerja  di perusahaan tempat kerja saya dulu dengan harga 8juta rupiah dengan harapan selain kuliah juga bekerja sampingan untuk menghasilkan uang  dan juga tinggal menetap didesa untuk menjaga kakek dan nenek saya, tentang usaha Bakso yang saya rintis bersama ayah saya kini dikelola oleh ayah dan ibu saya di Bogor ,Mungkin Nasib berpihak lagi pada saya kini saya memiliki 9 ekor sapi yang besar dengan nilai nominal 6 juta per ekor. Untuk makanan sapi ditempat saya tinggal masih banyak sekali rumput dan pohon padi yang sangat banyak, dengan membeli kepada petani-petani disekitar pada saat musim panen. Untuk masalah kandang sapi saya membuat kandang dengan bambu, karena di tempat saya tinggal saya memiliki kebun yang cukup luas dan ditumbuhi pohon-pohon bambu. Dan memanfaatkan lahan samping rumah untuk lokasi kandang.  Untuk mengembangkan usaha saya itu saya berencana untuk memperluas lagi kandang untuk tempat sapi dan membeli bibit sapi betina yang masih muda agar mendapat keturunan yang bagus, perkembang biakan sapi bisa saya lakukan dengan bantuan dokter sapi untuk menyuntikan sperma di saat masa perkawinan atau sudah siap untuk dikawinkan.   Semua itu masih saya jalani sampai detik ini dengan ketekunan dan kemampuan saya, saya tak pernah malu tentang apa yang saya lakukan ini, karena saya bertekat pasti ada jalan jika ada kemauan.

Manusia tidak hidup sendirian didunia ini,
Tapi dijalan setapaknya masing – masing.
Tiap manusia berjalan sendirian,
Berjalan,
Berlari,
Dan sesekali berhenti.
Semua jalan setapak itu berbeda – beda,  namun menuju kearah yang sama.
Mencari suatu hal yang sama,dengan satu tujuan yang sama.
Hingga semakin dekat ketujuan,
Manusia semakin menyadari,
Bahwa di sepanjang jalan setapak yang telah ia lewati, ia takkan pernah benar – benar sendiri.
Manusia selalau bersama yang ia cari,
Bersama tujuanya
Yaitu
Tuhan.
By
Dody setiawan
D1810022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar