Kepada kamu, dengan penuh kebencian..
Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu,
tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci
deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran
tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari
kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata
orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa.
Mudah-mudahan itu benar.
.
Aku benci terkejut melihat BBM kamu nongol di bagian kolom chatku dan aku
benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya,
menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua
detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting,
seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci
harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?
.
Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan
kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah
artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di
bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali
lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?
.
Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak
dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku
benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup
begini saja.
.
Aku benci ketika kamu melihatku dari jauh dan tersenyum. Oh, aku benci kenapa
ketika kamu meneriakkan namaku dari jarak yang jauh, aku tidak bernapas, aku
merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua
kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.
.
Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya
ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak
punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan
hiraukan logikamu.”
.
Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu.
Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk
tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa
saja benar-benar jatuh hati kepadamu.
.
Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh
cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua
rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan.
.
aku takut sendirian.
by Dessy Kusumawardany / D1810018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar